Oleh-oleh khas Minahasa Utara yang paling diminati wisatawan mencakup ragam kuliner pedas dan kerajinan tangan unik yang kaya akan budaya lokal.
Setelah puas liburan di tempat wisata Minahasa Utara, jangan lupa untuk mampir ke toko oleh-oleh yang biasanya berada di sekitar lokawisata.
Ada banyak pilihan oleh-oleh khas Minahasa Utara yang cocok untuk dibawa pulang. Anda bisa membawa camilan lezat, makanan kering, hingga kerajinan tangan yang memiliki nilai estetika.
Perlu diketahui pula bahwa buah tangan dari Minahasa Utara memiliki kemiripan dengan oleh-oleh dari Manado. Kebanyakan makanan dan camilan pun masih memiliki kaitan erat dengan resep khas Sulawesi Utara.
Pun dengan bahan baku yang digunakan, wisatawan akan menemukan kesamaan makanan antara daerah-daerah yang berada di ujung pulau Sulawesi. Seperti apa pilihan oleh-oleh khas Minahasa Utara?
1. Miniatur Waruga
Waruga merupakan kuburan kuno yang menjadi ciri khas dari kabupaten Minahasa, Manado, dan juga Minahasa Utara. Waruga memiliki bentuk yang unik, biasanya terbuat dari dua buah batu dengan bentuk berbeda.
Bagian bawah terbuat dari batu berbentuk kubus sedangkan bagian atapnya terbuat dari batu berbentuk segitiga yang biasanya dihias dengan ukiran.
Ciri khas Waruga membuat warga Minahasa membuat versi kecil berupa miniatur dan menjualnya sebagai oleh-oleh. Biasanya Miniatur Waruga terbuat dari tempurung kelapa yang sudah dikeringkan dan dibentuk sedemikian rupa hingga terlihat seperti sebuah waruga.
2. Kain Bentenan
Setiap daerah di Indonesia memang memiliki adat istiadat dan budaya yang unik. Di pulau Jawa, batik merupakan kain tradisional yang dianggap sebagai warisan budaya. Sedangkan di Sumatera Selatan, kain songket menjadi salah satu kerajinan tangan yang memiliki nilai seni yang tinggi.
Di Minahasa Utara dan sekitarnya, wisatawan bisa membeli Kain Bentenan yang merupakan kain sakral bagi warga setempat.
Nama Bentenan diambil dari nama pelabuhan yang ada di Sulawesi Utara, yakni pelabuhan Bentenan. Kain tradisional ini bahkan sudah diekspor ke luar Minahasa sejak abad 15 hingga abad ke 17 sebelum Masehi.
Kain ini terbuat dari serat kulit kayu pohon Lahendong dan pohon Sawukouw. Selain itu, bahan baku lain yang digunakan sebagai benang adalah serat nanas, pisang, dan bahkan bambu. Corak dengan warna gelap menjadi ciri khas dari Kain Bentenan.
3. Dodol Amurang
Selain kerajinan tangan, Dodol Amurang bisa dipilih sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang. Dodol atau jenang tradisional ini terbuat dari bahan dasar beras ketan yang dihaluskan lalu dicampur dengan gula aren. Tekstur kenyal dan sedikit lengket berpadu dengan rasa manis dan legit gula aren.
Campuran minyak kelapa dan tambahan kayu manis membuat Dodol Amurang memiliki aroma yang sangat wangi. Setelah matang, dodol dipotong kecil dan dibungkus dengan daun pohon kelapa, membuat penampilannya memiliki ciri yang sangat khas.
Biasanya Dodol Amurang dikemas dalam kemasan kecil dan dijual dengan harga mulai dari Rp 10.000,- untuk ukuran kecil.
4. Halua Kenari
Kacang kenari dikenal sebagai komoditas yang melimpah di Sulawesi Utara dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Kacang kenari sering diekspor keluar negeri sebagai bahan pangan mentah.
Selain itu, kacang kenari juga diolah oleh warga lokal menjadi camilan yang memiliki rasa manis yang pas. Kacang kenari ditumbuh kasar lalu dijemur dan disangrai agar matang. Setelahnya, kacang kenari disiram gula merah yang sudah meleleh.
Setelah didiamkan beberapa saat, gula merah kembali mengeras dan menyatukan pecahan kacang kenari menjadi bentuk acak berukuran kecil. Soal rasa, silakan beli dan cicipi sendiri kelezatan Halua Kenari. Wisatawan biasa membelinya sebagai buah tangan untuk keluarga di rumah.
5. Kacang Goyang
Apa yang terbersit di pikiran Anda ketika mendengar nama Kacang Goyang? Masyarakat Minahasa Utara memberi julukan tersebut karena proses pembuatan camilan ini memang harus digoyang-goyang.
Salah satu langkah penting dalam proses pembuatannya adalah dengan menggoyang-goyangkan kacang agar menyatu dengan terigu hingga merata.
Selanjutnya diberi gula yang sudah mencair dengan tambahan pewarna buatan untuk menarik perhatian. Sekilas penampilan Kacang Goyang terlihat seperti sebuah gumpalan tepung. Setelah digigit, Anda baru bisa menemukan kacang yang bersembunyi di balik tebalnya terigu dan gula halus.
6. Klappertaart
Siapa yang menyangka jika Klappertaart merupakan makanan khas dari Manado yang kemudian diadopsi dan dimodifikasi oleh bangsawan Belanda? Di tempat asalnya, Klappertaart hanyalah kue kelapa biasa yang terbuat dari campuran tepung terigu, susu, gula, margarin, dan juga air kelapa.
Bahan yang sudah tercampur kemudian dioven hingga matang. Biasanya Klappertaart disajikan dalam keadaan dingin agar terasa lebih nikmat. Meski berasal dari Manado, namun masyarakat pelan-pelan mengadopsi dan menjadikannya sebagai salah satu oleh-oleh khas Minahasa Utara.
Bahkan kini kepopuleran Klappertaart sudah melewati batas provinsi karena juga dikenal di kota-kota besar di Indonesia.
7. Panada
Satu lagi oleh-oleh yang sebenarnya merupakan hasil asimilasi budaya asing dengan resep lokal. Panada dibawa masuk ke Minahasa Utara ketika bangsa Portugis berlayar mencari rempah hingga ke Nusantara.
Mereka sering mengkonsumsi daging ikan yang dibungkus roti yang bernama Empanada. Dari sinilah masyarakat lokal mengadopsi dan memodifikasinya dengan menggunakan daging ikan Cakalang.
Panada dari Minahasa pun diberi bumbu Pampis, yakni bumbu khusus ikan Cakalang yang dimasak dengan daun jeruk, bawang merah, kemangi, cabai dan juga daun bawang. Camilan lezat ini bisa ditemukan wisatawan ketika berkunjung ke pasar-pasar tradisional di Minahasa Utara.
8. Pala Manis
Buah Pala dikenal sebagai salah satu rempah-rempah yang memiliki harga tinggi. Bahkan sebelum jaman penjajahan, Pala merupakan komoditas yang paling berharga di kawasan Sulawesi dan Maluku. Pala dianggap sebagai emas-nya dunia rempah-rempah.
Sebagai salah satu penghasil Pala terbanyak di Indonesia, masyarakat juga sering mengkonsumsinya dalam bentuk manisan.
Pala Manis dari Minahasa dianggap memiliki tampilan yang berbeda dari daerah lain karena warnanya yang lebih mengkilap dan lebih menggoda selera.
Harga Pala Manis pun cukup tinggi, wisatawan harus mengeluarkan uang mencapai Rp 40.000,- untuk mendapatkan Pala Manis dalam ukuran bungkus kecil.
9. Cakalang Fufu
Ikan Cakalang menjadi bahan makanan khas Sulawesi Utara. Sumber yang melimpah membuat ikan Cakalang dijual dengan harga terjangkau di Minahasa Utara. Kini tersedia Cakalang Fufu yang bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh.
Ikan Cakalang asap ini dijual seharga Rp 40.000,- hingga Rp 60.000,- per ikan. Proses pengasapan yang laam membuat Cakalang Fufu bisa tahan hingga satu minggu sebelum dimasak.
10. Sambal Roa
Sambal Roa dikenal sebagai kuliner khas Sulawesi Utara, tepatnya dari Manado. Di Minahasa wisatawan juga bisa mendapatkan Sambal Roa di toko oleh-oleh.
Sambal pedas nan menggugah selera ini terbuat dari Ikan Roa yang sudah diasap hingga kering lalu dihancurkan sehingga memiliki tekstur seperti abon.
Rasa pedas dan aroma laut yang khas dari Sambal Roa membuat wisatawan jatuh cinta sejak suapan pertama. Kini Sambal Roa tersedia dalam kemasan botol kaca sehingga wisatawan bisa lebih mudah untuk membawanya pulang.
Itulah daftar rekomendasi oleh-oleh khas Minahasa Utara yang menarik untuk dibawa pulang dan mudah ditemukan di pusat perbelanjaan.