Temukan oleh-oleh khas Bulukumba yang paling diminati oleh wisatawan, sebagai kenang-kenangan manis dari kunjungan Anda ke daerah ini.
Bulukumba sudah lama dikenal sebagai salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang menyimpan sejuta rahasia. Selain keindahan alam dan masih banyak tempat yang tersembunyi, kabupaten ini juga kaya akan aneka jenis olahan tradisional.
Tidak hanya itu saja, wisatawan yang datang bisa pulang dengan gembira berkat cinderatama dan makanan khas Bulukumba yang bervariasi.
Wisatawan bisa membeli oleh-oleh khas Bulukumba, baik berupa jajanan, hasil kerajinan tangan, hingga hasil sumber daya alam dari para nelayan. Sebelum memulai perjalanan Anda ke Bulukumba, kenali beberapa oleh-oleh yang bisa dibawa pulang sebagai buah tangan.
1. Anyaman Lontar
Pohon Siwalan tumbuh subur di kabupaten ini dan sudah sejak lama dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Selain dinikmati buahnya, masyarakat jaman dulu juga sudah memanfaatkan Pohon Siwalan dengan mengeringkan daunnya sebagai media untuk menulis.
Kini, tangan-tangan kreatif di Bulukumba juga berhasil mengolah daun lontar menjadi produk kerajinan tangan bernilai tinggi. Anyaman Lontar bisa menjadi souvenir wisatawan yang ingin mendapatkan oleh-oleh unik. Anyaman Lontar memiliki beberapa varian, seperti keranjang, tas kecil, hingga kotak tissue.
2. Sarung Kajang
Kajang merupakan salah satu desa wisata di kabupaten ini yang kaya akan tradisi dan budaya. Selain dikenal sebagai asal muasal kue tradisional Dumpi Eja, Kajang juga memiliki produk andalan yang bisa dijadikan sebagai cinderamata khas Bulukumba.
Sarung Kajang dikenal sebagai produk yang populer karena sarung ini dibuat dengan cara ditentun. Sarung Kajang pun memiliki corak yang unik, yakni warna hitam dengan garis-garis berwarna biru dan merah.
Perpaduan warna tersebut menjadikan corak Sarung Kajang memiliki ciri khas tersendiri. Karena proses pembuatan yang masih tradisional, harga Sarung Kajang bisa mencapai Rp 900.000,- per potong.
3. Kain Bira
Selain dikenal dengan Sarung Tenun Kajang, Bulukumba juga dikenal memiliki kain tenun tradisional dengan nilai estetika yang tinggi. Kain Bira namanya, sebuah kain tradisional yang dilestarikan oleh pengrajin tenun perempuan Bulukumba.
Sehelai Kain Bira tenun tradisional biasanya dibuat dalam waktu 4 hari hingga 1 minggu tergantung tingkat kesulitan motif. Harganya pun tidak sembarangan, sehelai Kain Bira biasa dijual dengan harga mulai dari Rp 600.000,-.
Selama ini, Kain Bira juga sudah dijual ke luar daerah seperti Samarinda, Manado, hingga Sumbawa. Saat menjelang musim lebaran, penjualan dan permintaan Kain Bira meningkat sehingga harganya pun turut melambung tinggi.
4. Kopi Kahayya
Sesuai dengan namanya, Kopi Kahayya berasal dari Kahayya, salah satu daerah di Bulukumba dengan tanah yang subur dan suhu yang dingin karena berada di kaki Gunung Bawakaraeng. Produksi Kopi Kahayya sangat melimpah dan biji kopi ini memiliki citarasa yang berbeda dari kopi biasanya.
Tanaman kopi dianggap mudah menyerap rasa, karena proses tanam yang berbarengan di perkebunan merica dan cengkeh, Kopi Kahayya pun memiliki rasa rempah yang sangat kuat.
Bagi pecinta kopi, datang ke Bulukumba tidak akan sempurna jika belum mencicipi dan membeli Kopi Kahayya. Selain itu, pecinta kopi bisa membawa pulang Kopi Kahayya sebagai oleh-oleh.
5. Marning Jagung
Kabupaten Bulukumba memiliki aneka jenis komoditas yang melimpah. Selain kopi, jagung juga menjadi tanaman yang menghiasi kebun-kebun luas di kaki gunung.
Masyarakat biasa mengolah jagung menjadi Borobbo yang merupakan bubur jagung dengan rasa manis dan gurih. Selain itu, jagung juga diolah menjadi camilan yang enak dan bisa membuat siapa saja ketagihan.
Marning Jagung yang sudah dikeringkan kemudian diberi bumbu tradisional untuk menghasilkan rasa gurih. Selanjutnya, butiran jagung digoreng dan jadilah Marning Jagung. Selain rasa original, warga Bulukumba juga memiliki varian jagung pedas dengan rasa yang mantap.
6. Kue Uhu-Uhu
Kue Uhu-Uhu merupakan kue tradisional masyarakat Bugis yang tersebar di hampir semua wilayah Sulawesi Selatan. Di Jeneponto, masyarakat lokal menyebutnya dengan Banang-Banang karena bentuknya yang menyerupai benang gulung. Sedangkan di Bulukumba, warga menyebutnya dengan Kue Uhu-Uhu.
Bahan yang digunakan untuk Kue Uhu-Uhu pun sama dengan Banang-Banang, yakni tepung beras yang dicampur dengan gula aren cair kemudian digoreng seperti gulungan benang. Tekstur yang renyah dengan rasa manis membuat Kue Uhu-Uhu cocok dijadikan camilan saat perjalanan.
7. Bale Tapa
Tangkapan nelayan di Bulukumba yang paling populer adalah ikan Cakalang. Ikan Cakalang besar biasanya dipotong tipis dan untuk membuatnya tahan lama, warga setempat biasa mengolahnya menjadi ikan asap.
Proses pengasapan (Tapa) bisa mengurangi kadar air dan membuat daging bagian luar menjadi kering sehingga bakteri pengurai tidak bisa masuk ke dalam daging dan membuatnya cepat busuk.
Wisatawan bisa mendapatkan ikan Cakalang kering yang sudah diasap di pantai-pantai yang ada di pesisir selatan dan timur Bulukumba. Saat dibawa pulang, Bale Tapa bisa diolah dengan resep sesuai selera. Masyarakat sendiri biasanya mengolahnya menjadi ikan goreng dengan sajian sambal dan jeruk nipis segar.
8. Bandang Bandang
Selain menjadi makanan khas Bulukumba yang populer di mata wisatawan, Bandang Bandang juga biasanya dibawa pulang untuk keluarga. Kue tradisional dengan tekstur yang lembut dan isian potongan pisang yang sedikit asam memberikan kenikmatan yang akan membuat siapa saja ketagihan.
Taburan parutan kelapa juga membuat Bandang Bandang semakin gurih. Bahan tradisional yang tidak dicampur dengan pengawet dan proses pengolahan yang tradisional dengan bungkus daun pisang membuat citarasa Bandang Bandang tetap terjaga dari dulu hingga sekarang.
9. Bolu Peca
Satu lagi kue tradisional yang bisa dibawah pulang sebagai oleh-oleh. Bolu Peca merupakan kudapan yang menjadi warisan dari leluhur penduduk Bulukumba.
Kue Bolu Peca memiliki cara penyajian yang unik karena selain bisa dimakan langsung, Bolu Peca juga bisa disiram dengan kuah manis yang terbuat dari campuran gula aren dan vanili.
Jika dibawa pulang sebagai oleh-oleh menarik, kuah gula aren tidak boleh dicampur agar tekstur kue Bolu Peca tetap terjaga. Dalam kondisi kering, kue Bolu Peca bisa tahan hingga 1 minggu lamanya.
10. Kue Barongko
Secara penampilan, Kue Barongko terlihat seperti Badang Badang. Kemiripan kedua kue tradisional tersebut kerap membuat wisatawan kesulitan dalam membedakannya. Apalagi tekstur dan rasanya juga mirip karena terbuat dari tepung beras dengan isian pisang kepok.
Adonan tersebut dibungkus daun pisang lalu dierbus hingga matang. Namun, Kue Barongko memiliki cara santap yang unik. Masyarakat setempat biasanya memasukkan Kue Barongko ke dalam kulkas terlebih dahulu agar terasa segar saat disantap. Rasa pisang juga semakin nikmat dalam keadaan dingin.
Sama seperti Badang Badang, Kue Barongko juga merupakan kudapan tradisional yang menjadi salah satu warisan budaya dari suku Bugis.
Nah, itulah daftar oleh-oleh khas Bulukumba yang bisa dibawa pulang ketika selesai liburan. Aneka makanan ringan, kue-kue lezat, hingga kerajinan tangan yang punya nilai seni tinggi tentu membuat wisatawan senang karena memiliki banyak pilihan.