Cicipi makanan khas Mentawai yang terkenal dan wajib dicoba, menghadirkan cita rasa autentik yang memanjakan lidah Anda.
Makanan khas Mentawai menjadi buruan utama bagi wisatawan selama berkunjung. Ini dikarenakan sebagian besar kuliner yang ditemukan cukup unik. Anda mungkin tidak menjumpainya di tempat lain. Sebagai contoh yang paling umum dan terkenal adalah ulat sagu yang dapat dinikmati langsung atau dengan cara dibakar.
Tidak dapat di pungkiri bahwa Indonesia dikenal akan kuliner nya dari berbagai jenis. Setiap daerah memiliki makanan yang menjadi andalannya, sebagian besar masuk dalam kategori makanan tradisional. Tidak cukup ditemukan satu atau dua, ada banyak sekali makanan yang dapat ditemui hanya dalam satu wilayah.
Bahkan menariknya, ada juga desa yang memiliki kuliner khas tersendiri. Ini juga berlaku bagi Mentawai yang merupakan salah satu kepulauan dan juga kabupaten di Sumatera Barat. Untuk mengetahuinya lebih lanjut, kami telah menyiapkan beberapa jenis makanan yang paling diunggulkan dan favorit bagi banyak pelancong.
1. Toek
Toek adalah makanan khas Mentawai pertama yang menarik dibahas. Makanan ini tidak dapat anda temui di tempat lain karena bahan bakunya yang tidak biasa.
Toek adalah sejenis cacing atau ada juga yang menganggapnya sebagai ulat. Jenis ulatnya berbeda dengan yang anda temui sebelumnya, karena kali ini berupa ulat kayu.
Warnanya putih kekuningan menjadi ciri khasnya, anda pun mudah mengenalinya. Untuk mendapatkan jenis ulat ini memakan waktu cukup lama karena harus melalui proses perendaman kayu. Adapun kayu yang digunakan adalah kayu tumbung atau kayu bak-bak yang direndam selama kurang lebih 3 bulan.
Namun banyak ditemui Suku Mentawai yang menggunakan kayu tumbung karena mudah ditemukan. Kuliner yang tergolong ekstrem ini memang sulit ditemukan karena proses pembuatannya tergantung musim.
Di musim kemarau akan berkurang produksinya karena air tidak lancar. Selain itu, ada banyak pantangan yang dipercaya suku di Sumatera Barat ini.
Misalnya bagi perempuan yang datang bulan tidak diperbolehkan ikut serta dalam proses pembuatan Toek. Masyarakat setempat percaya bahwa wanita yang sedang haid dapat mendatangkan hujan deras. Ketika hujan deras, proses pembuatan ulat kayu ini juga terhambat karena kelebihan air atau terbawa arus hujan.
Makanan khas Mentawai ini tidak hanya sekedar dijadikan kuliner, namun juga simbol kekompakan dan kerukunan bagi warganya.
Untuk menikmatinya, warga setempat biasanya mengonsumsi dalam keadaan mentah dan hanya ditambahi garam. Ada juga yang menambahkan jeruk nipis untuk menghilangkan bau yang sedikit amis.
2. Batra Ulat Sagu
Selain Toek, makanan sejenis yang mirip adalah Batra. Sama-sama hewan dan warga setempat juga menganggapnya sebagai ulat.
Namun Batra lebih dikenal dengan ulat sagu karena hidupnya di dalam pohon sagu yang sudah membusuk. Perbedaan dari keduanya yaitu dari warna, Batra berwarna kekuningan dengan kepala berwarna cokelat.
Selain itu, ukurannya juga sedikit lebih besar, pada umumnya sekitar 3 – 4 cm. Banyak orang yang menganggap kuliner khas Mentawai ini menjijikkan. Tetapi sebenarnya, rasa dari ulat dagu ini cukup gurih, ada sedikit asin dan juga manis. Sama halnya dengan Toek, Batra juga dapat dimakan mentah tanpa tambahan apapun.
Meski demikian, rasanya dianggap lebih nikmat jika mengalami proses pembakaran terlebih dahulu. Warga setempat biasanya membakar ulat sagu dengan cara ditusuk seperti sate. Ada juga yang mengolahnya menjadi berbagai variasi makanan, misalnya di tumis, direbus, dan dipanggang menggunakan media bambu.
Selain rasanya yang gurih, kandungan protein di dalamnya juga cukup besar. Bahkan menurut penelitian, sumber protein dari Batra lebih tinggi daripada telur dan daging. Untuk mendapatkan ulat sagu ini tidak perlu proses perendaman. Biasanya, Suku Mentawai mencarinya di pohon sagu tumbang yang telah membusuk.
3. Kapurut Sagu
Makanan tradisional Mentawai yang tidak boleh anda lewatkan ketika berkunjung adalah Kapurut Sagu. Sesuai namanya, bahan utama untuk membuat makanan ini adalah sagu. Sebelumnya, sagu terlebih dahulu diolah menjadi tepung. Warga setempat mengolah tepung ini sendiri untuk menghemat biaya pengeluaran.
Kapurut adalah dibungkus, jadi jelas sudah makna dari kuliner ini adalah sagu yang dibungkus. Untuk pembungkusnya sendiri yaitu daun sagu sehingga rasa dan aromanya khas. Sebelumnya, tepung sagu harus disaring untuk mengambil bagian serbuk nya saja, sedangkan gumpalannya terpisah.
Setelah itu dibungkus daun sagu dan dimasak hingga matang. Untuk proses memasaknya sendiri dengan cara dipanggang atau dibakar. Sambil dibolak-balik, butuh waktu sekitar setengah jam untuk mendapatkan matang yang merata. Rasa dari makanan ini lebih didominasi manis, namun ada rasa sedap dari proses pembakaran.
Anda dapat menemukan makanan khas Mentawai ini pada saat hari besar keagamaan. Selain itu, banyak pula ditemukan saat perayaan atau upacara adat. Karena termasuk makanan tradisional, anda pun dapat menemukannya di pasar. Harganya bervariasi, namun tetap terjangkau bagi wisatawan.
4. Sihobuk
Selanjutnya ada Sihobuk yang menjadi kuliner tradisional dan mudah ditemui. Sama halnya dengan Kapurut Sagu, bahan utama yang digunakan adalah tepung sagu.
Untuk prosesnya berbeda, bukan cara dibakar menggunakan daun sagu. Makanan ini terlebih dahulu dimasukkan dalam bilah bambu sebelum akhirnya dibakar.
Proses pembuatan dengan bambu ini semakin menguatkan rasanya. Apalagi ketika dibakar, aroma dan rasa khas bambu semakin kuat. Bukan hanya di hari besar atau ketika ada perayaan, Sihobuk mudah ditemui di pasar tradisional. Warga setempat menjadikannya sebagai makanan pokok pengganti nasi.
Ini artinya, Sihobuk pada umumnya tidak dikonsumsi sendiri, melainkan bersama lauk tambahan. Untuk jenis lauknya sendiri bervariasi, biasanya berupa sup ayam, sup ikan, dan jenis lauk lain sesuai selera. Menikmati kuliner khas Mentawai ini lebih cocok ketika masih hangat dan di saat cuaca dingin.
5. Subbet
Subbet adalah makanan berikutnya yang wajib anda coba ketika berada di Mentawai. Bahan yang digunakan bukan dari sagu seperti dua jenis makanan yang disebutkan sebelumnya. Makanan khas ini terbuat dari bahan utama keladi atau talas yang ditumbuk halus. Jika tidak ada talas, singkong juga bisa dijadikan bahan alternatif.
Selain bahan utama tersebut, ada juga bahan lain untuk membuat kuliner nikmat ini. Bahan yang dimaksud diantaranya adalah pisang dan kelapa. Tambahan gula dan garam semakin menjadikan rasanya lezat. Bukan termasuk makanan pokok, Subbet adalah camilan khas Mentawai yang cocok menemani waktu santai.
Semua bahan yang disebutkan dihaluskan terlebih dahulu dan kemudian dicampur. Setelah itu dibentuk sesuai selera, biasanya berbentuk bulat.
Proses masaknya dengan cara direbus, tidak butuh waktu lama karena bahannya mudah matang. Dalam penyajiannya, Subbet ditaburi parutan kelapa sehingga ada rasa sedikit gurih yang menemani.
6. Anggau Siboik-boik
Makanan khas Mentawai selanjutnya adalah Anggau Siboik-boik, ini merupakan sejenis hewan laut. Lebih tepatnya, Anggau merupakan hewan yang masih dalam satu keluarga dari kepiting. Bentuknya cantik, cangkangnya berwarna ungu, badan hitam, sedangkan capit nya berwarna kemerahan.
Sayangnya, makanan ini tidak dapat ditemui setiap saat karena Anggau hanya ditemukan pada bulan Juli hingga September. Pada bulan tersebut, warga setempat mengadakan tradisi yang dikenal sebagai Muanggau.
Tradisi tersebut sebagai simbolis kekompakan, karena pada waktu itu hampir semu warga turun ke pantai untuk menangkap Anggau.
Ada banyak cara untuk menangkapnya, namun yang paling mudah dan banyak dilakukan adalah menggunakan jala khusus. Makanan ini bisa diolah menjadi sajian masakan yang bervariasi. Namun demikian, warga setempat biasanya memasaknya dengan cara direbus dan diberi tambahan sedikit bumbu.
Dari semua jenis makanan khas Mentawai yang disebutkan diatas, apakah ada yang pernah anda nikmati sebelumnya? Sebagian besar makanan tidak ditemui ditempat lain, jadi pastikan anda mencicipinya ketika berkunjung. Namun demikian, tetap saja urusan makan harus disesuaikan dengan selera.