Luwu Timur merupakan sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan dan merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Luwu Utara. Tidak heran, dari segi tradisi dan kebudayaannya, terdapat kesamaan antar kedua daerah tersebut. Termasuk makanan khas Luwu Timur yang serupa dengan daerah Luwu Utara dan daerah Luwu lainnya.
Walaupun sumber ekonomi utama kabupaten ini adalah tambang nikel, namun mata pencaharian utama masyarakat setempat masih mengandalkan pertanian, perkebunan, dan perikanan. Oleh karena itu, sebagian besar makanan khas daerah ini didominasi oleh hasil ikan laut dan juga beberapa komoditas pertanian. Untuk lebih jelasnya, cek rinciannya berikut.
1. Keripik Kuporai
Perlu kalian tahu, Luwu Timur merupakan salah satu daerah penghasil pisang terbesar di Sulsel dengan tingkat produksi dengan angka mencapai lebih dari 30 ribu ton per tahunnya. Di antara komoditas buah-buahan lainnya, pisang merupakan komoditas terbesar sehingga banyak diolah menjadi makanan khas seperti halnya keripik kuporai.
Keripik tersebut terbuat dari bahan dasar pisang tanduk yang memiliki ciri khas ukurannya yang tidak terlalu panjang namun ukurannya cukup besar. Saat dijadikan keripik, hasilnya pun lebih renyah serta rasanya yang enak & gurih.
Keripik pisang khas Luwu Timur ini dibuat dengan bentuk bulat dan ukurannya lebih tebal dibandingkan keripik pisang dari daerah lain. Aneka varian rasa yang dijual pun sangat beragam mulai dari original (asin), pedas, keju, balado, jagung manis, manis, pedas manis, cokelat, dan jagung bakar.
Dalam bahasa setempat (Bugis, Luwu, Toraja, dan sekitarnya), “Kuporai” berarti “saya suka”. Dengan begitu, diharapkan keripik ini dapat menjadi kesukaan bagi siapa pun yang memakannya.
Terlebih, keripik ini memiliki rangkaian nutrisi yang cukup banyak. Di antaranya ada Vitamin C, Riboflavin, Vitamin A, Vitamin B3 (Niacin), Asam folat, Zat besi, Kalium, Magenesium, Mangan, Serat, Vitamin B6, dan masih banyak lagi.
2. Peong
Peong merupakan makanan tradisional khas Luwu Timur yang dibuat dari beras yang dimasak menggunakan bambu dengan cara dibakar yang mirip dengan lemang. Bedanya, jenis beras yang diolah bukan beras biasa, melainkan beras ketan baik ketan hitam maupun ketan putih.
Pada tahun 2017 lalu, tepatnya saat perayaan HUT ke-14 Luwu Timur, diadakan event pembakaran peong yang berhasil memecahkan rekor LEPRID. Setidaknya ada 14.880 batang peong yang dibakar saat itu dengan melibatkan 124 desa.
Proses pembakarannya pun cukup lama yang membutuhkan waktu antara 30 menit sampai 1 jam. Semakin besar ukuran bambunya, maka semakin lama proses memasaknya. Demikian pula nyala apinya, apabila semakin besar maka semakin cepat pula matangnya.
Untuk menambah cita rasa, peong biasa ditambahkan dengan santan walaupun ada yang dibuat hanya dari beras ketan dan air saja. Walau demikian, tidak ditambahkan bumbu dan garam karena nantinya akan disajikan bersama dengan lauk.
Sayangnya, makanan khas Luwu Timur satu ini sulit ditemui di hari-hari biasa. Jarang ada warung yang menjualnya karena membutuhkan waktu yang lama dan porsi yang sedikit. Jadi, bila kalian ingin memesannya pastikan untuk reservasi terlebih dahulu beberapa hari sebelumnya.
3. Dangkot Ayam
Sejatinya, dangkot ayam merupakan makanan khas Suku Toraja. Namun, banyak masyarakat Luwu Timur yang membuatnya karena memang sudah menjadi tradisi turun temurun yang menjadikan dangkot ayam sebagai lauk dari peong.
Dangkot ayam merupakan makanan paling cocok sebagai lauk peong baik dari segi rasa, aroma, maupun teksturnya. Makanan ini memiliki cita rasa khasnya yang pedas dengan kuah kental yang begitu menggoda.
Untuk satu ekor ayam, biasanya cabe rawit yang digunakan hingga ½ kilo. Tidak heran, rasa pedanya benar-benar menusuk mulut, apalagi ditambah dengan bumbu lain seperti merica, jahe, dan lengkuas yang akan memberikan tambahan cita rasa pedas.
Proses pembuatan dangkot ayam pun terbilang sederhana karena tidak perlu merebus atau menggoreng daging ayam terlebih dahulu. Cukup dengan menumisnya dengan bumbu yang telah dimasak.
Beberapa warung makan di Luwu Timur, Sulawesi Selatan menyediakan menu dangkot ayam. Satu porsi dijual mulai dari Rp 15.000 – 25.000 tergantung ukuran. Jangan lupa untuk memakannya bersama peong sehingga lebih nikmat.
4. Terasi Bubuk
Umumnya, terasi dijual dalam bentuk padatan berukuran kecil hingga besar. Namun, di Luwu Timur kalian akan menemui terasi yang dijual dalam bentuk bubuk.
Bagi wisatawan yang datang ke Luwu Timur, mereka pun kerap membeli makanan khas satu ini. Selain karena sangat jarang ditemui di daerah lainnya, juga sangat cocok dijadikan sebagai buah tangan.
Bahan dasar terasi bubuk adalah udang ebi, bukan udang rebon. Jadi, rasanya lebih gurih dan teksturnya lebih lembut. Baunya pun lebih harum, bukan bau menyengat yang seringkali kurang kita sukai.
Walau dinamakan terasi bubuk, namun teksturnya tidak benar-benar bubuk, melainkan berbentuk granul atau berupa butiran-butiran kasar. Terasi ini pun sudah matang sehingga kalian hanya perlu menaburkannya ke dalam makanan.
5. Ikan Pangkilang
Ikan Pangkilang (Telmatherina celebensis) sejatinya masuk kategori ikan vulnerable species atau spesies ikan air tawar yang rawan punah. Hal ini karena hanya hidup secara endemik di Danau Towuti yang ada di Luwu Timur dan tidak bisa kalian temukan di daerah lain ataupun dibudidayakan di tempat lain.
Ikan ini mirip teri, dan biasa dijadikan sebagai lauk pendamping peong. Bagi yang suka peong basah, biasanya mereka memilih lauk dangkot ayam, namun bila ingin yang keringan, maka ikan pangkilang jadi pilihan lauk yang tepat.
Banyak warga Luwu Timur yang menjadikan ikan ini sebagai sumber penghidupan mereka. Setelah ditangkap, biasanya ikan dikeringkan sehingga dijual dalam bentuk kering layaknya teri. Namun, ada juga yang dijual dalam keadaan basah walau membutuhkan perlakuan khusus agar tidak mudah busuk.
Dari segi rasa, ikan pangkilang memang ada sedikit sensasi pahitnya karena kotoran dalam perutnya tidak memungkinkan untuk dikeluarkan selama pengolahan. Namun, karena ikan ini termasuk herbivora murni tentunya sangat aman untuk kita konsumsi.
Pengolahan ikan ini bisa dicampurkan ke dalam aneka olahan makanan ataupun bisa langsung digoreng. Biasanya, masyarakat sekitar menyajikannya dengan cara di goreng lalu dinikmati bersama nasi hangat atau dengan peong.
6. Abon Bandeng
Luwu Timur merupakan salah satu daerah yang terkenal sebagai penghasil ikan laut. Dengan produktivitas hasil tangkapan yang tinggi, membuat masyarakat berkreasi dengan menciptakan produk olahan ikan laut seperti halnya abon bandeng.
Bandeng merupakan hasil tangkapan laut terbanyak di Luwu Timur. Tidak heran, saat kalian berkunjung ke pusat oleh-oleh di daerah ini, pasti akan menemukan olahan satu ini.
Bahkan, abon bandeng menjadi oleh-oleh terlaris yang paling banyak diburu wisatawan saat berlibur ke Luwu Timur. Selain terkenal akan kelezatannya, abon khas daerah ini pun dijual dalam harga yang cukup terjangkau.
Walau tanpa pengawet, abon ini memiliki daya simpan yang cukup lama. Biasanya, abon ini digunakan sebagai lauk atau digunakan sebagai isian arem-arem atau makanan lainnya.
Itulah rekomendasi makanan khas Luwu Timur yang perlu kalian ketahui sebelum memutuskan untuk membelinya. Semoga bermanfaat!