Janeponto menjadi salah satu wilayah di Sulawesi Selatan yang memiliki khasanah wisata yang melimpah. Kondisi topografi Janeponto yang unik membuatnya memiliki tempat wisata bervariasi, mulai dari bukit dan pegunungan yang berada di sebelah utara dan pesisir pantai yang menakjubkan di bagian selatan.
Banyak wisatawan dari Sulawesi Selatan yang sengaja liburan ke Janeponto menjelajah setiap sudut kabupaten. Tidak jarang wisatawan dari luar Sulawesi yang mengunjungi tempat wisata di Janeponto dan mereka kagum dengan kondisi alam yang asri. Selain itu, wisatawan juga setuju bahwa makanan khas Jeneponto unik-unik sekali karena bahan makanan yang tidak biasa.
Makanan khas Jeneponto banyak dipengaruhi oleh budaya suku Makassar. Sulawesi Selatan memiliki 3 suku besar yang mendominasi di beberapa wilayah. Suku Makassar berada di bagian selatan, suku Bugis di bagian tengah, dan suku Toraja di bagian utara. Lokasi kabupaten Janeponto yang berada di sebelah selatan pun didominasi oleh suku Makassar yang terkenal dengan olahan Coto Makassar.
Di Janeponto, beberapa panganan memiliki bumbu dan karakteristik yang sama. Hanya saja penduduk Janeponto memiliki bahan andalan tersendiri pada masakan mereka. Jika biasanya kuda digunakan sebagai hewan yang membantu manusia sebagai moda transportasi, penduduk lokal justru menggunakan daging kuda pada beberapa makanan. Penasaran seperti apa makanan khas Jeneponto yang enak, gurih, lezat, dan menggugah selera?
1. Coto Kuda Turatea
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, bahwa daging kuda digunakan sebagai bahan makanan khas Janeponto, Coto Kuda Turatea dianggap sebagai kuliner ekstrim yang wajib untuk dicoba. Jika biasanya Coto buatan suku Makassar menggunakan daging sapi, masyarakat Janeponto memiliki jalan yang berbeda dan memilih daging kuda sebagai isian pengganti daging sapi. Penduduk setempat yakin bahwa daging kuda memiliki khasiat tinggi, terutama untuk vitalitas dan kesehatan kaum adam.
Soal bumbu, Coto Kuda Turatea memiliki resep yang sama dengan Coto Makassar. Hanya saja isinya berupa potongan ketupat yang dicampur dengan daging kuda beserta jeroannya. Mungkin banyak yang menganggap bahwa Coto Kuda Turatea terasa alot mengingat tekstur daging kuda yang banyak serat. Namun inilah yang membuat Coto Kuda Turatea terasa berbeda, teknik memasak yang tepat membuat daging dan jeroan kuda terasa empuk. Meski lebih kenyal, namun daging menjadi lebih lembut sejak gigitan pertama.
2. Sop Konro Sum Sum dan Kaldu Tulang Kuda
Sop Konro dikenal sebagai makanan khas Makassar yang terbuat dari iga sapi yang diolah seperti gulai. Iga sapi beserta sum sum di dalamnya adalah hidangan mewah bagi suku Makassar yang banyak di Sulawesi Selatan. Sedangkan di Janeponto, lagi-lagi mereka menggunakan tulang kuda sebagai pengganti iga sapi. Rasanya nikmat sekali berkat bumbu yang kaya rempah dan aneka sayuran yang tercampur pada kuahnya. Bumbu kaldu yang digunakan adalah hasil rendaman tulang kuda yang sudah direbus dan dicampur resep rahasia.
Dari bau kaldunya saja, kita sudah bisa mencium bahwa Sop Konro Sum Sum dan Kaldu Tulang Kuda terasa nikmat dan istimewa. Bagi yang tidak biasa, mereka berpikir mungkin akan merasa jijik ketika melihat sajian ini. Namun kenyataannya wisatawan dari berbagai penjuru Indonesia justru sangat menyukainya. Bau kaldunya sangat harum dan sum sum tulangnya langsung lumer dimulut. Sayuran yang melimpah sebagai pendamping akan menetralisir rasa lengket lemak dan sum sum kuda.
3. Gantala Jarang atau Ganja
Satu lagi olahan kuda yang dijadikan sebagai makanan khas Janeponto yang unik, Gantala Jarang atau yang disingkat Ganja, merupakan makanan yang disukai penduduk lokal. Penyebutan menggunakan singkatan yang unik juga membuat wisatawan mengernyitkan dahi ketika pertama kali mendengarnya. Lalu apa yang membedakan Gantala Jarang dengan Sop Konro Sum Sum Kuda dan Coto Kuda Turatea? Coto Kuda Turatea biasanya lebih banyak berisi jeroan, sedangkan Sop Konro Kuda dibuat dengan bahan dasar daging iga kuda. Nah, Gantala Jarang sendiri lebih banyak berisi daging kuda.
Warna kuah kaldu Gantala Jarang pun lebih bening dan berwarna kuning. Bumbu rempahnya pun lebih sederhanya karena hanya terdiri dari bumbu penyedap, garam, dan kunyit. Meski terdengar sederhana, tapi Gantala Jarang terasa istimewa. Apalagi pada jaman dulu kala, Gantala Jarang merupakan makanan khas Janeponto yang disukai kaum bangsawan. Hingga kini, masyarakat yang tertusuk benda berkarat langsung mengkonsumsi Gantala Jarang karena dipercaya bisa mencegah infeksi tetanus.
4. Kue Tumpi
Beralih ke makanan khas Janeponto yang manis, Kue Tumpi akan menjadi camilan pencuci mulut yang tepat. Sebagai kudapan yang kini sudah dianggap langka karena jarang orang yang membuatnya, Kue Tumpi memang salah satu resep warisan dari leluhur penduduk Janeponto. Kue Tumpi terbuat dari tepung yang dicampur dengan gula merah. Proses memasaknya pun masih sangat tradisional dan biasanya dibuat oleh banyak orang sekaligus. Kue Tumpi sering disajikan pada saat acara besar, seperti pernikahan atau upacara kematian.
Mengingat hanya sedikit orang yang membuat Kue Tumpi, Anda beruntung jika bisa menemukannya. Biasanya wisatawan yang ingin mencicipi Kue Tumpi harus berburu ke pasar-pasar tradisional. Itupun mereka belum tentu bisa mendapatkannya. Sebagai warisan yang hampir punah, Kue Tumpi adalah makanan khas Janeponto yang wajib Anda cicipi!
5. Lammang
Lammang merupakan makanan khas yang memiliki derajat yang istimewa di jeneponto. Biasanya Lammang hanya bisa ditemukan selama bulan puasa. Masyarakat Janeponto sering berburu Lammang sembari ngabuburit dan menjadikannya sebagai menu wajib berbuka puasa. Tradisi yang terus dilakukan membuat Lammang memiliki nilai tersendiri bagi kaum Muslimin di Janeponto. Di pasar tradisional, wisatawan bisa menemukannya pada penjual di pasar Allu Pacceleng. Itupun biasanya terbatas karena harga beras ketan sebagai bahan dasar yang cukup mahal.
Lammang merupakan sejenis lontong yang terbuat dari beras ketan merah. Adonan beras dicampur dengan sedikit air, santan, dan bumbu sederhana. Ketika sudah tercampur, adonan dibungkus daun pisang lalu dimasukkan pada bambu kecil. Bambu tersebut kemudian dibakar hingga 2 jam untuk memastikan seluruh beras telah matang dengan sempurna. Lammang biasa disajikan dengan hidangan lain, namun masyarakat Janeponto terbiasa mengkonsumsi Lammang dengan telur asin.
6. Bannang-Bannang
Bannang merupakan sebutan masyarakat Janeponto untuk benang. Bannang-Bannang adalah makanan khas Janeponto yang terlihat seperti benang yang menggumpal. Bannang-Bannang adalah camilan unik dengan rasa manis dan tekstur yang renyah. Bahkan rasa manis dari gula merah terasa sangat pas saat disesap di dalam mulut.
Keunikan dari Bannang-Bannang adalah proses memasaknya, dimana adonan gula merah yang sudah meleleh dicampur dengan tepung beras, lalu dituang ke dalam batok kelapa yang sudah berlubang. Lubang tersebut akan menghasilkan aliran adonan yang ketika menyentuh minyak panas akan langsung berbentuk seperti benang. Digoyang-goyang sedikit, adonan yang tumpah melalui lubang batok kelapa pun akan berbentuk seperti benang yang menggumpal.
Itulah beberapa makanan khas tradisional Jeneponto yang terkenal lezat dan wajib Anda cicipi saat berkunjung. Menikmati keindahan alam sembari kulineran dijamin akan memberi pengelaman liburan yang mengesankan.