Makanan khas Buton yang terkenal enak dan wajib dicicipi menawarkan cita rasa autentik dan kelezatan yang memanjakan lidah para penikmat kuliner.
Berada di kabupaten Buton seolah berada di surga karena meski berukuran kecil, namun pulau ini memiliki banyak destinasi wisata alam yang sangat menawan.
Apalagi pulau Buton juga dikenal penuh dengan pilihan aneka kuliner yang kaya citarasa. Beberapa makanan khas daerahnya juga dianggap sebagai warisan kerajaan Buton, yang dulu pernah berjaya di Sulawesi Tenggara.
Oleh karena itu, selagi berada di kabupaten Buton, jangan lewatkan kesempatan untuk mencoba beberapa kuliner khasnya yang menggugah selera. Berikut daftar makanan khas Buton yang wajib dicoba oleh wisatawan!
1. Parende

Sebagai salah satu kabupaten yang berada di kepulauan Buton, banyak warga lokal yang menggantungkan hidup kepada alam dengan bekerja sebagai nelayan.
Bahkan sejak jaman dulu kala, nelayan adalah pekerjaan yang menghidupi ribuan keluarga di seluruh pesisir pulau. Tidak heran jika beberapa makanan khas Buton terbuat dari ikan, yang merupakan hasil laut paling melimpah di pulau ini.
Olahan ikan yang paling terkenal adalah Parende, yang menjadi kudapan favorit masyarakat lokal. Bagi masyarakat setempat, Parende adalah makanan yang sering disajikan di acara-acara spesial. Namun kini wisatawan bisa menemukan Parende di restoran di pusat kota Pasar Wajo.
Parende sendiri merupakan sup ikan dengan kuah kuning yang khas. Tidak ada jenis ikan khusus yang digunakan untuk membuat Parende, itu artinya sup kuah kuning ini bisa dibuat dari berbagai jenis ikan yang ditangkap oleh para nelayan.
Meski demikian, Ikan Pelagis merupakan jenis yang sering diolah menjadi Parende karena dagingnya yang tebal dan empuk ketika dimasak.
Parende menggunakan bumbu rempah yang melimpah, seperti kunyit, sereh dan juga jahe. Selain itu, Parende juga memiliki toping tambahan berupa kacang mete yang membuatnya terasa lebih istimewa.
2. Tuli-Tuli

Selain memiliki olahan ikan yang sering disantap sebagai sajian utama, makanan khas Buton juga memiliki beberapa camilan yang populer di mata warga lokal. Salah satu kudapan lezat yang sering disantap di sore hari saat bersantai adalah Tuli-Tuli, yakni sejenis gorengan yang terbuat dari bahan dasar ubi kayu.
Tuli-Tuli juga merupakan camilan yang sudah ada sejak zaman dulu dan biasa disantap dengan sambal goreng. Perpaduan rasa Tuli-Tuli yang renyah dan gurih terasa spesial ketika bertemu dengan sambal goreng yang pedas.
Tuli-Tuli juga memiliki bentuk unik karena terlihat seperti sebuah rantai. Tidak diketahui asal muasal bentuk Tuli-Tuli yang unik ini, mungkin karena ubi kayu sudah ditumbuk halus terlebih dahulu sebelum dimasak.
Untuk memudahkan proses menggoreng, masyarakat membentuknya seperti angka 8 yang menyambung penuh. Satu potong Tuli-Tuli bisa dibeli dengan harga Rp 1.000,- saja dan wisatawan bisa menemukan Tuli-Tuli di seluruh penjuru daerah ini.
3. Kambewe Gola

Secara harfiah, Kambewe merujuk pada jajanan yang dibungkus dengan daun janur kelapa atau dari kulit jagung. Sedangkan Gola merupakan sebutan masyarakat Buton yang merujuk pada gula merah.
Jadi Kambewe Gola merupakan camilan khas yang terbuat dari campuran gula aren merah dan jagung yang sudah diserut, lalu dibungkus lagi dengan kulit jagung atau janur kelapa.
Kambewe sendiri sebenarnya bukan makanan asli dari Buton, melainkan camilan tradisional yang cukup populer di beberapa kabupaten di Sulawesi Tenggara. Masayarakat Sultra terbiasa mengolah jagung, yang memang melimpah dan sering menjadi makanan pengganti nasi.
Jika Anda singgah di salah satu kota di kabupaten Buton, Anda bisa menemukan Kambewe Gola dan mencicipinya. Rasanya manis, legit, dan juga lembut di mulut dan bulir jagung yang renyah saat dikunyah. Masyarakat hanya mengolah jagung yang sudah berumur 70 hari untuk dibuat Kambewe Gola.
Mereka percaya bahwa jagung yang sudah berusia 70 hari memiliki tekstur yang tepat, tidak terlalu keras maupun terlalu lembek saat direbus.
Penggunaan pelepah jagung juga membuat Kambewe Gola memiliki aroma yang khas, mirip dengan jagung rebus yang sering kita temui di pinggir jalan. Jika dulunya Kambewe Gola disajikan di upacara-upacara tradisional, kini wisatawan bisa menemukannya di pasar yang tersebar di seluruh daerah Buton.
4. Bagea

Bagea juga bukan 100% makanan Buton, merupakan salah satu camilan tradisional yang bisa kita temui di seluruh penjuru pulau Sulawesi. Bagea biasanya terbuat dari tepung sagu dan dicampur dengan gula halus.
Di beberapa daerah di Sulawesi Tenggara, Bagea sering diberi tambahan topping berupa potongan biji kenari yang sudah dihancurkan. Perpaduan tersebut membuat Bagea memiliki rasa yang renyah, lembut di mulut, dan juga penuh dengan pecahan biji kenari yang harum dan kaya rasa.
Sedangkan di kabupaten ini, Bagea sering dibuat seadanya tanpa tambahan biji kenari. Beberapa penjual hanya menambah kacang tanah yang sudah dicincang sebagai pengganti kenari.
Selain itu, Bagea juga diberi gula halus untuk mempercantik penampilannya dan menambah rasa manis di mulut. Bahkan untuk membedakannya dengan Bagea Kanari khas Sulawesi Utara, Bagea di daerah ini kini memiliki varian rasa lain, seperti rasa keju dan cokelat.
5. Kasuami

Kasuami tidak hanya menjadi makanan khas Buton yang wajib dicicipi, tetapi juga wajib untuk dicari karena kini sudah jarang masyarakat yang membuat Kasuami. Kasuami juga merupakan kuliner tradisional yang berasal dari luar pulau Buton karena masyarakat di Kolaka, Muna, dan Wakatobi juga dulunya sering membuat Kasuami sebagai makanan pokok mereka.
Kasuami sendiri merupakan lahan dari ubi kayu yang dibuat dengan bentuk seperti sebuah tumpeng kecil. Pada jaman dahulu, ketika musim paceklik menyerang kawasan Sulawesi Tenggara, masyarakat bergantung pada ubi kayu sebagai makanan utama.
Kasuami pun menjelma menjadi penyelamat karena mengenyangkan dan cocok disantap dengan berbagai jenis sayuran. Kasuami juga terkenal di daerah pesisir dan sering disantap bersamaan dengan sup ikan. Ubi kayu biasanya dikeringkan terlebih sebelum diparut dan sari patinya dikukus hingga padat.
Proses tersebut dilakukan pada sebuah cetakan berbentuk kerucut, sehingga hasil akhirnya terlihat seperti gunungan kerucut kecil yang sangat padat. Tidak butuh lama untuk membuat Kasuami, kurang dari 30 menit, kita sudah bisa menyantapnya dengan beragam jenis sayuran atau sup ikan.
6. Ayam Nasu Walio

Inilah makanan khas yang juga menjadi warisan kerajaan Buton di masa lampau. Dulunya Ayam Nasu Walio merupakan makanan spesial yang dihidangkan kepada raja dan tamu bangsawan di acara khusus. Bahkan biasanya Ayam Nasu Walio disajikan selama 7 hari penuh ketika upacara berkabung.
Sekilas, bentuk dan rasanya mirip dengan opor ayam. Hanya saja Ayam Nasu Walio menggunakan banyak tambahan kelapa goreng yang membuatnya lebih kental dan lebih berminyak. Selain itu ayam pada olahan ini biasanya diasap atau dipanggang hingga agak gosong.
Itulah rekomendasi makanan khas Buton yang terkenal dengan citarasanya. Deretan makanan unik ini pasti akan membuat liburan semakin bermakna karena kita juga bisa mencicipi resep warisan lintas generasi.