Nikmati kelezatan makanan khas Aceh Tengah yang terkenal, dengan cita rasa autentik dan kaya rempah yang wajib Anda cicipi saat berkunjung.
Makanan khas Aceh Tengah didominasi oleh resep warisan suku Gayo yang masih bertahan hingga saat ini. Sebagai suku yang sejak dari dulu memang menghuni kawasan Aceh Tengah, Gayo Lues, dan Bener Meriah, suku Gayo memiliki citarasa yang lezat dengan pengaruh Melayu yang cukup kental.
Makanan dari Aceh Tengah juga berbeda jauh daripada makanan dari pulau Sumatera yang biasanya lebih terinspirasi dari makanan Minangkabau.
Di kabupaten ini, kita akan diajak menikmati perjalanan kuliner yang belum pernah Anda coba sebelumnya. Seperti apa ragam kuliner khas Aceh Tengah yang bisa membuat Anda ketagihan?
1. Depik Dedah
Sesaat setelah menginjakan kaki di kota Takengon, kita akan takjub dengan pemandangan alam yang sangat indah. Keindahan danau seluas lebih dari 5.000 hektar ini bahkan sudah terdengar hingga level internasional. Danau Takengon juga memiliki ikan endemik yang hanya ada di Aceh saja, ikan Depik namanya.
Ukurannya kecil dengan bentuk yang memanjang, persis seperti ikan Teri. Hanya saja ikan Depik lebih tebal karena memiliki badan yang lebih gemuk daripada ikan Teri. Ikan Depik adalah bumbu utama dalam membuat makanan yang bernama Depik Dedah.
Depik Dedah adalah ikan kukus yang terbuat dari bumbu sederhana dengan proses masak yang sangat simpel. Setelah membersihkan ikan Depik, kita hanya perlu merebusnya ke dalam air yang sudah diberi bumbu kuning yang terdiri dari kunyit, cabai merah, bawang putih, tomat, dan garam.
Simpel sekali, kan? Namun karena ikan Depik hanya ditemukan di Aceh, khususnya di Danau Takengon, Depik Dedah menjadi sajian yang wajib dicicipi karena Anda tidak akan menemukannya di daerah lain.
2. Pengat
Satu lagi makanan khas Aceh Tengah yang juga menggunakan ikan Depik sebagai bahan utamanya. Pengat merupakan resep tradisional suku Gayo yang masuk dalam kategori pepes ikan.
Namun jika biasanya pepes ikan dimasak dengan dibungkus daun pisang, masyarakat Gayo justru mengolahnya seperti gulai. Hanya saja proses memasak membutuhkan waktu yang lama sehingga kuah gulai perlahan hilang dan meresap ke dalam daging ikan.
Hal ini membuat Pengat memiliki rasa yang nikmat karena semua bumbu terserap dengan sempurna. Selain ikan Depik, suku Gayo bisa menggantikannya dengan jenis ikan lain seperti Bawal Merah, Bawal Hitam, atau bahkan ikan Mas.
Pengat juga dikenal karena memiliki rasa yang khas, yakni rasa asam yang kuat karena menggunakan air perasan jeruk dan asam sunti dalam jumlah banyak.
Pada jaman dulu kala, Pengat adalah makanan spesial yang hanya disajikan pada acara tertentu saja, seperti pesta perkawinan atau Mangan Morom (makan bersama keluarga besar).
3. Tenaruh Dedah
Tenaruh Dedah menjadi makanan khas berikutnya yang wajib Anda cicipi. Sebagai makanan yang juga hanya ada di Aceh Tengah, Tenaruh Dedah pun akan membuat Anda terkejut.
Bagi orang yang belum pernah mencobanya, kita bisa melihat bahwa Tenaruh Dedah terlihat seperti gumpalan keju atau yogurt yang dimasak dalam bungkusan daun pisang.
Namun kenyataannya Tenaruh Dedah hanyalah telur orak arik biasa, yang memang diproses dengan teknik memasak khusus sehingga teksturnya sedikit lebih kental dan kenyal, persis seperti yogurt dan keju leleh.
Tekstur yang lembut di mulut dan rasa lemak yang kuat juga menjadi cirikhas tersendiri, membuat Tenaruh Dedah akan membekas dalam ingatan Anda.
Proses pembuatan Tenaruh Dedah cukup sederhana dan unik karena tidak menggunakan minyak. Biasanya Tenaruh Dedah dibuat dari telur bebek yang diberi bumbu garam, bawang merah, cabai merah, dan daun jeruk untuk menambah aroma wangi.
Kuali panas hanya diberi alas daun pisang, kemudian telur bebek disangrai di atas daun sembari diaduk secara perlahan hingga terlihat seperti yogurt atau keyu yang meleleh.
4. Gutel
Jika Jepang punya Onigiri, maka Aceh Tengah memiliki Gutel. Onigiri adalah makanan khas Jepang yang berupa nasi yang dipadatkan hingga berbentuk bulat, lalu dilapisi dengan rumput laut kering dan dimakan apa adanya.
Pun demikian dengan Gutel, yang terbuat dari campuran tepung beras, kelapa parut, dan garam, yang kemudian dikepal-kepal dan dibentuk bulat atau lonjong. Biasanya Gutel diikat dengan daun pandan.
Menurut sejarah, Gutel tercipta karena suku Gayo yang butuh makanan yang simpel, mengenyangkan, dan bisa dibawa kemana-mana. Mereka pun kemudian mengolah tepung beras yang ditumbuk lesung untuk dimasak dengan campuran garam dan parutan kelapa, membuatnya memiliki rasa gurih.
Gutel juga tahan lama sehingga sering dibawa suku Gayo ke kebun atau bepergian ke luar hutan. Hingga saat ini, resep Gutel tetap lestari meski proses masak modern telah mendominasi sendi kehidupan suku Gayo.
5. Cecah Reraya
Cecah merupakan sebutan bagi bahan makanan yang dipotong-potong hingga bentuknya tidak beraturan dan berupa potongan kecil, atau cincang dalam bahasa Indonesia.
Sesuai namanya, Cecah Reraya merupakan sajian daging cincang pada Hari Raya karena suku Gayo hanya membuat olahan ini pada momen tertentu saja seperti ketika Idul Fitri tiba. Cecah Reraya juga sering ditemukan di bulan Ramadhan karena digunakan sebagai menu santap sahur dan buka puasa.
Cecah Reraya terbuat dari daging, kulit, dan juga jeroan kerbau yang dimasak dengan bumbu rempah hingga terlihat seperti gulai berwarna cokelat.
Rasa rempah yang khas membuat Cecah Raya menjadi salah satu makanan khas Aceh Tengah yang kaya rasa. Apalagi tambahan air perasan kayu Uweng, membuat Cecah Reraya berbeda dari gulai lembu lainnya.
Cecah Reraya masuk dalam daftar makanan yang unik karena tidak bisa Anda temukan di daerah lain. Tambahan perasan air kayu Uweng akan memberikan cita rasa kelat yang belum pernah Anda coba sebelumnya.
6. Brahrum atau Boh Rom Rom
Makanan tradisional Aceh Tengah ini merupakan camilan yang bisa kita temui di beberapa pelosok nusantara. Jika di Jawa, makanan ini disebut dengan Klepon. Sedangkan masyarakat Minangkabau menyebutnya dengan nama Onde-Onde.
Uniknya, masyarakat setempat memiliki sebutan tersendiri, Brahrum atau Boh Rom Rom, begitu mereka memanggilnya. Terlepas bagaimana Anda menyebutnya, Brahrum memang camilan favorit banyak orang.
Di Takengon, Anda bisa menikmati Brahrum dengan cara yang spesial, yakni dari dataran tinggi yang sejuk sembari menikmati pemandangan indah Danau Takengon dan ditemani secangkir kopi Gayo yang nikmat.
Sebagai kuliner tradisional, Brahrum akan menjadi camilan pencuci mulut yang sempurna untuk menutup pesta kuliner Anda.
Dengan banyaknya makanan khas Aceh Tengah yang unik dan tidak bisa Anda temukan di daerah lain, kunjungan ke Danau Takengon terasa bermakna karena Anda juga memiliki tujuan wisata kuliner untuk ditunaikan.